PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN
Perkenalkan nama saya Saifullah, S.Pd, CGP Angkatan 6 dari SMP Negeri 1 Lasem Rembang Jawa Tengah. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Sebelum menguraikan materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran mari kita renungkan kalimat bijak berikut ini.
Seorang pendidik harus mampu menjadi telaadan utama bagi murid-muridnya,
dengan keteladanan perkataan maupun tindakan semua tercermin dalam
kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model semua
nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di
lingkungan kita tinggal.
Kita sebagai pendidik harus mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap
keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid dengan dilandasi
nilai-nilai kebajikan. Pendidik berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan
keteladanan.
Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,
Memahami kalimat bijak tersebut Pendidikan merupakan suatu proses menuntun
siswa dengan penguatan karakter , norma -norma sehingga akan menjadi
generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan
kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini
yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri
ini di masa depan.
2. Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan?
3.
Bagaimana materi pengambilan
keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang
diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran
kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita
ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada
pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?
Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching. Hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Pendampingan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) oleh fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran sangat efektif membentu pemahaman saya, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan. Beberapa contoh praktik coaching yang baik memberi gambaran utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dengan kesetaraan tidak menggurui akan menimbulkan rasa nyaman sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Coachee dapat menyampaikan hambatan – hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu menjadi penedengar yang baik. Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam.
4. Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika?
Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangat
mempengaruhi pengambilan keputusan. “BAPER”dapat mewarnai setiap keputusan yang
diambil, namun pendidik menyadari setiap keputusan wajib berlandaskan pada
nilai-nilai kebajikan serta regulasi yang ada dan melakukan 9 langkah
pengambilan keputusan. Sehingga dengan kedua dasar tersebut kita dapat
membedakan dilemma etika atau bujukan moral. Sosial emosional akan menumbuhkan
empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita
dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi
permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat
menggiring murid menciptakan terobosan yang inifatif dan kreatif sebagai
alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin
pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan
nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs
masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka
pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip
pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan,
dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan
keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu:
a.
Mengenali nilai-nilai yang saling
bertentangan
b.
Menentukan siapa saja yang
terlibat
c.
Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan
d.
Pengujian benar atau salah yang
didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan
koran, uji keputusan panutan/idola
e.
Pengujian paradigma benar lawan
benar
f.
Prinsip Pengambilan Keputusan
g.
Investigasi Opsi Trilemma
h.
Buat Keputusan
i. Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan
5. Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik?
Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.
Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.
6. Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.
Keputusan yang kita ambil akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya. Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan berkarakter.
7. Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda?
Pengambilan keputusan berlandaskan tiga prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai apakah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Semua tergantung situasi dan kondisi yang ada. Namun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus – kasus dilemma etika adalah tidak dapat memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu ganjalan bagi saya. Namun 9 langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.
8. Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda?
Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya..
Dalam membuat keputusan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid dapat kita awali dengan mengetahui kesiapan, minat dan profil belajar murid. Jika kita sudah mengetahui ketiga unsur tersebut selanjutnya kita dapat memutuskan strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengakomodasi kebutuhan belajar setiap siswa, melalui strategi pembelajaran berdiferensiasi konten, proses dan produk.
9. Apakah kesimpulan akhir yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya?
Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah pengambilan keputusan haruslah mendasar pada 3 unsur, yaitu nilai – nilai kebajikan universal, bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dan berpihak pada murid. Dalam mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara. Secara sadar keputusan itu akan mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara sadar mengambil keputusan bijak, dengan mengedepankan regulasi kesepakatan kelas, keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif dalam kelas. Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being). Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan keputusan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan nilai-nilai positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.
10. Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan?
Yang saya pahami dari konsep yang saya pelajari pada modul 3.1 yaitu penerapan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai langkah awal untuk menentukan apakah masalah tersebut merupakan dilema etika atau bujukan moral. Sebuah kasus dikatakan dilemma etika apabila benar lawan benar, sedangkan bujukan moral apabila salah lawan salah.
Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan
keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4
paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan.
Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya
ambil perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.
11. Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini?
Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil keputusan dengan situasi dilema etika berdasarkan paradigma kebenaran lawan kesetiaan. Saat itu saya hanya menggunakan keputusan berdasarkan hasil akhir dan rasa peduli yang sekiranya tidak merugikan pihak lain. Setelah mempelajari modul ini, ternyata sebuah kasus dilema etika perlu diselesaikan dengan langkah – langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar apa yang diputuskan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.
12. Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini?
Dampak setelah mempelajarari modul ini, dalam mengambil keputusan sebagai seorang guru tidak serta merta mengambil keputusan berdasarkan otoritas dan berpandangan bahwa kita dapat mengontrol siswa secara penuh. Tetapi, keputusan yang kita ambil harus berlandaskan pada nilai – nilai kebajikan, tanggung jawab dan berpihak pada murid melalui Langkah – Langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti. Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.
13. Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin?
Bagi saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan – kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah dalam mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Keputusan yang diambil harus berdasarkan beberapa pertimbangan sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan tidak salah Langkah atau bahkan merugikan salah satu pihak, yang justru akan menimbulkan kekacauan.
Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh untuk itu mohon masukan dan informasi mendalam untuk perbaikan. Saya berharap selalu dapat memperbaiki proses menjadi lebih baik, karena saya yakin proses tidak akan menghianati hasil.
Salam guru penggerak tergerak, bergerak dan menggerakan. Guru bergerak Indonesia maju.