Assalamu alaikum wr.wb
Apa kabar, Bapak Ibu Guru Hebat, Semoga
kita selalu diberikan nikmat sehat, selalu bersyukur dan tetap semangat dalam
mendidik.
Sebelum saya menyampaikan kesimpulan dan refleksi pengetahuan dan pengalaman
baru yang sudah saya pelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara, perkenalkan
nama saya Saifullah. Saya mulai mengajar sejak tahun 2005 sebagai guru honorer.
Alhamdulilah Tahun 2022 saya di angkat menjadi guru PPPK, dan ditempatkan di
SMP Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah.
Artikel ini saya tulis, supaya pembaca dan para pendidik mampu menerapkan
pembelajaran di kelas secara kontekstual, nyaman dan menyenangkan sesuai
pemikiran Ki Hadjar Dewantara.
Saya akan berbagi pengalaman
belajar saya sebagai calon guru penggerak. Sebelum saya belajar modul 1.1
tentang pemikirin Ki Hadjar Dewantara yang saya terapkan dalam pembelajaran
di kelas antara lain, saya meyakini bahwa siswa mempunyai karakter yang berbeda. Terkadang saya juga hanya memerintah siswa untuk melakukan suatu kegiatan tanpa
memberi contoh dan ikut dalam kegiatan tersebut. Saya tidak pernah membuat
kesepakatan bersama saat mengawali pelaksanaan pembelajaran. Dalam
pembelajaran saya mempunyai prinsip bahwa seluruh materi harus tersampaikan, dengan
target siswa harus dapat nilai baik dan minimal tercapai Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM), akhirnya pembelajaran hanya fokus berlatih bagaimana mengerjakan
soal. Dalam pembelajaran saya juga lebih sering menggunakan metode atau strategi
yang bagus menurut saya tanpa memperdulikan bagaimana minat anak
terhadap pelajaran, tidak pernah memperhatikan kebutuhan
siswa dan tidak pernah bertanya pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan. Saya juga jarang memanfaatkan
Gadget siswa untuk media pembelajaran. Saya juga tidak memperhitungkan berapa
lama mereka mampu mengingat materi yang telah saya sampaikan. Dari pengalaman
tersebut saya mempunyai keinginan kuat bagaimana saya bisa menghadirkan
pembelajaran berpusat pada siswa dengan rasa nyaman dan menyenangkan. Siswa terampil
menyampaikan ide, gagasan dan terampil dalam presentasi materi, sehinga pengetahuan
yang didapat oleh siswa mampu melekat pada diri siswa sepanjang hayat.
Setelah saya mempelajari modul 1.1
tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara Hal yang berubah dari pemikiran atau
perilaku saya adalah terjadinya perubahan pola pikir saya terhadap siswa dan
pembelajaran. Sebagai guru harus bisa membaca karakter siswanya, karena
setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda, ada yang cerdas bidang
sains, bahasa, matematika, musik, olahraga dan lain – lain. Guru
setidaknya bisa memimpin, memberi contoh, membangun semangat dan mendorong siswanya
agar mampu belajar secara maksimal. Hal ini sesuai dalam semboyan KHD yakni
berbunyi "Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri
handayani". Seorang guru adalah penggerak, didepan memberikan contoh,
ditengah memberi semangat dan dibelakang mendorong untuk semangat belajar.
Siswa seharusnya
diposisikan sebagai subjek pendidikan yang memegang peranan penting terhadap
jalannya pembelajaran. Guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa belajar
sesuai potensi, minat, bakat, dan cara belajarnya. Pembelajaran hendaknya
dilaksanakan dengan cara ‘among’, yakni menuntun potensi anak berdasarkan
budaya. Pembelajaran dilaksanakan bukan dengan tuntutan kepada anak, tetapi
dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk belajar sesuai kebutuhannya
sehingga tercipta kemerdekaan belajar. Ketercapain kompetensi suatu materi
harus dicapai tanpa membatasi kemerdekaan belajar siswa. Sebaiknya kita sebagai
guru harus melakukan asessmen diagnostik awal untuk mengetahui kebutuhan siswa,
profil siswa, gaya belajar siswa, metode belajar seperti apa yang mereka
inginkan, sehingga kita sebagai guru dapat merancang pembelajaran yang tepat
dan sesuai dengan yang dibutuhkan siswa.
Pendidikan
bukanlah sekedar transfer ilmu pengetahuan, tapi harus dapat membuat anak
memahami dunianya dan dapat memanfaatkan pemahaman tersebut untuk kebahagiaan
hidupnya. Pembelajaran tidaklah statis, namun dinamis. Perubahan-perubahan
disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Dalam hal ini,
pembelajaran harus berorientasi kepada peserta didik sesuai dengan kodrat
keadaan namun tetap harus memperhatikan ketercapaian kurikulum nasional.
Pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik adalah pembelajaran yang
menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran.
Ada
beberapa hal yang bisa segera saya terapkan, agar kelas saya mencerminkan
pemikiran Ki Hadjar Dewantara, diantaranya, pertama saya lakukan adalah berliterasi. Ibarat seorang
petani maka saya harus berliterasi tentang tehnik menanam dan menghasilkan
tanaman yang berkualitas. Sebagai pendidik, saya harus bisa menjadi teladan,
bersikap dan berpenampilan yang baik, mampu memberi semangat serta memberi
dorongan dalam menanamkan pendidikan karakter. Untuk mengetahui karakteristik siswa, saya akan melakukan
asesmen diagnosis mengenai potensi, minat, bakat, dan cara belajar siswa. Saya
akan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, melalui penerapan
pembelajaran yang dipusatkan pada siswa, memungkinkan siswa untuk belajar
secara mandiri dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran serta siswa
selalu ditantang untuk dapat berpikir kritis. Dalam pembelajaran, saya akan lebih
banyak memposisikan diri sebagai fasilitator yang mengarahkan anak mengembangkan
potensi dirinya, dengan memberikan berbagai sumber belajar dan cara belajar
yang beragam. Siswa juga akan lebih sering saya ajak
berkomunikasi tentang keinginannya dalam pembelajaran, hambatan yang ditemui,
dan mendiskusikan cara mengatasinya. Selanjutnya diakhir setiap pembelajaran saya akan melakukan
refleksi.
Demikian kesimpulan dan refleksi penulis mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hajar
Dewantara pada modul 1.1. Semoga artikel ini bermanfaat dan membuat kita semakin
tertantang sebagai pendidik dan pengajar yang profesional. Salam guru penggerak,
tergerak bergerak dan menggerakkan !
Wassalamu alaikum Wr. Wb.