2/14/2023

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN  BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

 Perkenalkan nama saya Saifullah, S.Pd, CGP Angkatan 6 dari SMP Negeri 1 Lasem Rembang Jawa Tengah. Pada kesempatan ini saya ingin berbagi informasi tentang Pengambilan Keputusan berbasis nilai-nilai kebajikan sebagai seorang pemimpin. Sebelum menguraikan materi pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran mari kita renungkan kalimat bijak berikut ini.

 “ Mengajarkan anak menghitung itu baik, namun mengajarkan mereka apa yang berharga/utama adalah yang terbaik ” (Bob Talbert)

 Pendidikan adalah suatu proses yang sistematis dan terencana, bukan hanya sekedar mengajarkan murid tentang teori/materi/konten namun bagaimana semua itu masuk kedalam kalbu alam pikir mereka sehingga semua akan berdampak pada perilaku dan karakter karena manusia beradab lebih baik dari orang berilmu. Ilmu yang baik dilandasi oleh karakter baik sehingga murid dapat menjalankan kehidupan dengan Bahagia dan keselamatan setinggi-tingginya.

Seorang pendidik harus mampu menjadi telaadan utama bagi murid-muridnya, dengan keteladanan  perkataan maupun tindakan semua tercermin dalam kesehariannya. Menjadi pendidik berarti kita siap menjadi role model semua nilai kebajikan bagi peserta didik dan seluruh warga sekolah bahkan di lingkungan kita tinggal.

Kita sebagai pendidik harus mampu berkontribusi bagi peserta didik, setiap keputusan yang kita ambil harus berpihak kepada murid dengan dilandasi nilai-nilai kebajikan. Pendidik berkewajiban untuk menyampaikan kebenaran dan keteladanan.

Hal ini sejalan dengan kalimat bijak berikut ini,

 “ Pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku  etis.” (Georg Wilhelm Friedrich Hegel).

Memahami kalimat bijak tersebut Pendidikan merupakan suatu proses menuntun siswa dengan penguatan karakter , norma -norma  sehingga akan menjadi generasi yang memiliki nilai moral, kebajikan dan kebenaran untuk menjalankan kehidupannya. Generasi yang akan datang adalah cerminan pendidikan saat ini yang kita poles seperti membuat maha karya terbaik yang akan mewarnai negeri ini di masa depan.

 Setelah kita mencoba memahami dua kalimat bijak tersebut, berikut ini adalah jawaban dari soal modul 3.1 koneksi antar materi Pendidikan guru penggerak Pengambilan keputusan

 1.   Bagaimana filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki kaitan dengan penerapan pengambilan keputusan sebagai seorang pemimpin? 

 Ki Hajar Dewantara dengan filosofi triloka memiliki pengaruh bagaimana seorang guru memngambil keputusan sebagai pemimpin pembelajaran. Semboyan yang pernah dicetuskan oleh KHD dan sampai saat ini masih menjadi landasan berpijak pendidik adalah Ing Ngarso Sung Tulodho (Seorang pemimpin harus mampu memberi tauladan), Ing Madya Mangunkarsa (Seorang pemimpin juga harus mampu memberikan dorongan, semangat dan motivasi dari tengah), Tut Wuri handayani (Seorang pemimpin harus mampu memberi dorongan dari belakang), yang artinya adalah Seorang pemimpin (Guru) harus mampu memberikan teladan dan memberikan semangat dan motivasi dari tengah juga mampu memberikan dorongan dari belakang untuk kemajuan seorang muridnya.  Semboyan yang fenomenal dan memiliki makna mendalam dapat kita jadikan landasan dalam setiap pengambilan keputusan selalu berpihak kepada murid untuk menjadikan generasi cerdas dan berkarakter profil pelajar Pancasila. Hal ini dapat kita lakukan selama proses pembelajaran di sekolah. Tidak hanya konten kurikulum namun transfer nilai -nilai kebajikan dapat kita sampaikan secara terus menerus dengan eksplisit pada pembelajaran dan keteladanan disetiap pengambilan keputusan. Proses pengambilan keputusan yang bertanggungjawab dan humanis

2.    Bagaimana nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita, berpengaruh kepada prinsip-prinsip yang kita ambil dalam pengambilan suatu keputusan? 

 Proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, dan kompetensi  kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial  (relationship skills) akan mewujudkan Tut wuri handayani dengan memberikan dorongan secara moril maupun materil bagi semua warga sekolah tak terkecuali murid-murid kita. Nilai-nilai kebajikan yang tertanam dalam diri pendidik akan mewarnai setiap pengambilan keputusaan. Sebagai manusia yang beragama,  kita yakin apapun yang kita lakukan, kelak akan dimintai pertanggungjawaban, begitu pula dengan pengambilan keputusan. Nilai kejujuran, integritas sebagi pendidik akan tergambar dalam keteladanan dan kebijakan – kebijakan yang diambil dalam setiap keputusan

3.    Bagaimana materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) yang diberikan pendamping atau fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran kita, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan yang telah kita ambil? Apakah pengambilan keputusan tersebut telah efektif, masihkah ada pertanyaan-pertanyaan dalam diri kita atas pengambilan keputusan tersebut?

Hal-hal ini tentunya bisa dibantu oleh sesi ‘coaching’ yang telah dibahas pada sebelumnya Sebagai pendidik, guru harus memiliki keterampilan coaching. Hal ini sangat membantu dalam pengambilan keputusan. Pendampingan kegiatan ‘coaching’ (bimbingan) oleh  fasilitator dalam perjalanan proses pembelajaran sangat efektif membentu pemahaman saya, terutama dalam pengujian pengambilan keputusan. Beberapa contoh praktik coaching yang baik memberi gambaran utuh untuk dapat diterapkan di sekolah. Keputusan-keputusan dengan teknik coaching yang berlandaskan etika, nilai-nilai kebajikan, sesuai dengan visi misi sekolah yang berpihak pada murid dan menciptakan budaya positif dilingkungan sekolah. Teknik coaching dengan kesetaraan tidak menggurui  akan menimbulkan rasa nyaman  sehingga coach mampu mengidentifikasi permasalahan dan dapat menyampaikan pertanyaan berbobot dari coachee. Coachee dapat menyampaikan hambatan – hambatan dan dapat menemukan solusi yang sesuai karena coach mampu menjadi penedengar yang baik.  Hal ini penting karena pada akhirnya menciptakan situasi kondusif dan dapat meningkatkan kompetensi peserta didik dan tenaga pendidik. Keterampilan coaching juga dapat menumbuhkan kreativitas dan inovasi peserta didik. Dengan coaching guru dapat mengatasi permasalahan yang dihadapi siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai coach yang baik guru memiliki harapan seluruh siswanya dapat menjalankan seluruh tugas dan kewajiban yang diberikan di sekolah sesuai dengan kodrat zaman dan kodrat alam.

4.    Bagaimana kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya akan berpengaruh terhadap pengambilan suatu keputusan khususnya masalah dilema etika? 

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari sosial emosional sangat mempengaruhi pengambilan keputusan. “BAPER”dapat mewarnai setiap keputusan yang diambil, namun pendidik menyadari setiap keputusan wajib berlandaskan pada nilai-nilai kebajikan  serta regulasi yang ada dan melakukan 9 langkah pengambilan keputusan. Sehingga dengan kedua dasar tersebut kita dapat membedakan dilemma etika atau bujukan moral. Sosial emosional akan menumbuhkan empati dan simpati bagi kita sebagai pendidik. Dengan simpati dan empati kita dapat merasakan apa yang peserta didik alami, dan kita dapat mengidentifikasi permasalahan dengan bijaksana, sehingga dalam pengambilan keputusan kita dapat menggiring murid menciptakan terobosan yang inifatif dan kreatif sebagai alternatif solusi dalam setiap pengambilan keputusan. Sebagai pemimpin pembelajaran setiap keputusan harus berpihak pada murid, berbasis etika dan nilai kebajikan dengan memetakan 4 paradigma dilema etika yaitu individu vs masyarakat, rasa keadilan vs rasa kasihan, kebenaran vs kesetiaan dan jangka pendek vs jangka panjang. Pengambilan keputusan juga berpegang pada 3 prinsip pengambilan keputusan yaitu prinsip berbasis hasil akhir, prinsip berbasis peraturan, dan prinsip berbasis rasa peduli. Serta dipadukan dengan 9 langkah pengambilan keputusan. Sembilan keputusan tersebut yaitu:

a.    Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

b.    Menentukan siapa saja yang terlibat

c.    Mengumpulkan fakta-fakta yang relevan

d.    Pengujian benar atau salah yang didalamnya terdapat uji legal, uji regulasi, uji intuisi, uji halaman depan koran, uji keputusan panutan/idola

e.    Pengujian paradigma benar lawan benar

f.     Prinsip Pengambilan Keputusan

g.    Investigasi Opsi Trilemma

h.    Buat Keputusan

i.      Tinjau lagi keputusan Anda dan refleksikan

5.    Bagaimana pembahasan studi kasus yang fokus pada masalah moral atau etika kembali kepada nilai-nilai yang dianut seorang pendidik? 

Keberpihakan dan mengutamakan kepentingan murid dapat tercipta dari tangan pendidik yang mampu membuat solusi tepat dari setiap permasalahan yang terjadi. Pendidik yang mampu melihat permasalahan dari berbagai kaca mata dan pendidik yang dengan tepat mampu membedakan apakah permasalahan yang dihadapi termasuk dilema etika ataukah bujukan moral.

Seorang pendidik ketika dihadapkan dengan kasus-kasus yang fokus terhadap masalah moral dan etika, baik secara sadar atau pun tidak akan terpengaruh oleh nilai-nilai yang dianutnya. Nilai-nilai yang dianutnya akan mempengaruhi dirinya dalam mengambil sebuah keputusan. Jika nilai-nilai yang dianutnya nilai-nilai positif maka keputusan yang diambil akan tepat, benar dan dapat dipertanggung jawabkan dan begitupun sebaliknya jika nilai-nilai yang dianutnya tidak sesuai dengan kaidah moral, agama dan norma maka keputusan yang diambilnya lebih cenderung hanya benar secara pribadi dan tidak sesuai harapan kebanyakan pihak.Kita tahu bahwa Nilai-nilai yang dianut oleh Guru Penggerak adalah reflektif, mandiri, inovatif, kolaboratif dan berpihak pada anak didik. Nilai-nilai tersebut akan mendorong guru untuk menentukan keputusan masalah moral atau etika yang tepat sasaran, benar dan meminimalisir kemungkinan kesalahan pengambilan keputusan yang dapat merugikan semua pihak khususnya peserta didik.

6.    Bagaimana pengambilan keputusan yang tepat, tentunya berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman. 

Keputusan yang kita ambil akan berdampak pada imlementasi pembelajaran dan mempengaruhi situasi di sekolah. Setiap keputusan yang kita ambil harus tepat dan bijak berlandaskan nilai-nilai kebajikan, keteladanan, bijaksana dan tidak melanggar norma. Dengan landasan tersebut kita dapat menciptakan lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman.Sehingga murid-murid dapat belajar dengan baik dan dapat mengembangkan kompetensinya. Terwujudnya murid yang Bahagia, cerdas dan berkarakter.

7.    Apakah tantangan-tantangan di lingkungan Anda untuk dapat menjalankan pengambilan keputusan terhadap kasus-kasus dilema etika ini? Adakah kaitannya dengan perubahan paradigma di lingkungan Anda? 

Pengambilan keputusan berlandaskan tiga prinsip penyelesaian dilema, mana yang akan dipakai apakah Berpikir Berbasis Hasil Akhir (Ends-Based Thinking), Berpikir Berbasis Peraturan (Rule-Based Thinking) ataukah Berpikir Berbasis Rasa Peduli (Care-Based Thinking). Semua tergantung situasi dan kondisi yang ada.  Namun setiap keputusan pasti ada resiko, pro dan kontra, hal ini menjadi salah satu tantangan. Tantangan yang saya hadapi dalam pengambilan keputusan terhadap kasus – kasus dilemma etika adalah tidak dapat memuaskan semua pihak sehingga ini merupakan satu ganjalan bagi saya. Namun 9 langkah pengambilan keputusan yang saya coba lakukan dapat meminimalkan perasaan tidak nyaman dan keputusan yang saya ambil dapat diterima oleh semua pihak.

8.    Apakah pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita? Bagaimana kita memutuskan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid kita yang berbeda-beda? 

Pengaruh pengambilan keputusan yang kita ambil ini dengan pengajaran yang memerdekakan murid-murid kita, semua tergantung kepada keputusan seperti apa yang diambil, apabila keputusan tersebut sudah berpihak kepada murid dalam hal ini tentang metode yang digunakan oleh guru, media dan sistem penilaian yang dilakukan yang sudah sesuai dengan kebutuhan murid, maka hal ini akan dapat memerdekakan murid dalam belajar dan pada akhirnya murid dapat berkembang sesuai dengan potensi dan kodratnya. Namun sebaliknya apabila keputusan tersebut tidak berpihak kepada murid, dalam hal metode, media, penilaian dan lain sebagainya maka kemerdekaan belajar murid hanya sebuah omong kosong belaka dan tentunya murid tidak akan dapat berkembang sesuai potensi dan kondratnya..

Dalam membuat keputusan pembelajaran yang tepat untuk potensi murid dapat kita awali dengan mengetahui kesiapan, minat dan profil belajar murid. Jika kita sudah mengetahui ketiga unsur tersebut selanjutnya kita dapat memutuskan strategi pembelajaran yang sesuai untuk mengakomodasi kebutuhan belajar setiap siswa, melalui strategi pembelajaran berdiferensiasi konten, proses dan produk.

9.      Apakah kesimpulan akhir  yang dapat Anda tarik dari pembelajaran modul materi ini dan keterkaitannya dengan modul-modul sebelumnya? 

Kesimpulan akhir yang saya peroleh dari pembelajaran materi ini dan keterkaitannya dengan modul sebelumnya adalah pengambilan keputusan haruslah mendasar pada 3 unsur, yaitu nilai – nilai kebajikan universal, bertanggung jawab terhadap segala konsekuensi dan berpihak pada murid. Dalam mengambil keputusan sebagai seorang pemimpin berlandaskan kepada filosofi Ki Hajar Dewantara. Secara sadar keputusan itu akan mewarnai pola pikir dan karakter bagi murid-murid. Guru sebagai pemimpin pembelajaran secara sadar mengambil keputusan bijak, dengan mengedepankan regulasi kesepakatan kelas, keyakinan kelas untuk mewujudkan karakter dan budaya positif dalam kelas.  Pengambilan keputusan harus bertujuan mewujudkan budaya positif dan menggunakan alur BAGJA yang akan mengantarkan pada lingkungan yang positif, kondusif, aman dan nyaman (well being).  Dalam pengambilan keputusan seorang guru harus memiliki kesadaran penuh (mindfullness) untuk menghantarkan muridnya. Dalam perjalanannya menuju profil pelajar pancasila, ada banyak dilema etika dan bujukan moral sehingga diperlukan panduan sembilan langkan pengambilan keputusan dan pengujian keputusan untuk memutuskan dan memecahkan suatu masalah agar keputusan tersebut berpihak kepada murid demi terwujudnya merdeka belajar. Pembelajaran diferensiasi merupakan salah satu bentuk merdeka belajar, karena dengan pembelajaran berdiferensiasi maka kebutuhan murid terpenuhi sesuai bakat, minat dan kecenderungan gaya belajarnya. Pembelajaran kokulikuler juga salah satu implementasi untuk mewujudkan karakter pelajar Pancasila. Berbagai tema dan dimensi yang disiapkan memungkinkan murid terbiasa dengan  nilai-nilai positif dan pada akhirnya menjadi pembiasaan.

10.    Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: dilema etika dan bujukan moral, 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan, dan 9 langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Adakah hal-hal yang menurut Anda di luar dugaan? 

Yang saya pahami dari konsep yang saya pelajari pada modul 3.1 yaitu penerapan 4 paradigma pengambilan keputusan, 3 prinsip pengambilan keputusan dan 9 langkah pengambilan keputusan sebagai langkah awal untuk menentukan apakah masalah tersebut merupakan dilema etika  atau bujukan moral. Sebuah kasus dikatakan dilemma etika apabila benar lawan benar, sedangkan bujukan moral apabila salah lawan salah.

Hal-hal yang menurut saya diluar dugaan adalah ternyata dalam pengambilan keputusan bukan hanya berdasarkan sesuai pemikiran saja namun perlu melihat 4 paradigma, 3 prinsip dan melakukan 9 langkah pengujian pengambilan keputusan. Selama ini saya berpikir terlalu cepat dan reaktif sehingga keputusan yang saya ambil perlu ditinjau kembali agar tidak merugikan banyak orang.

11.    Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan pengambilan keputusan sebagai pemimpin dalam situasi moral dilema? Bilamana pernah, apa bedanya dengan apa yang Anda pelajari di modul ini? 

Sebelum mempelajari modul ini saya pernah mengambil  keputusan dengan situasi dilema etika berdasarkan paradigma kebenaran lawan kesetiaan. Saat itu saya hanya menggunakan keputusan berdasarkan hasil akhir dan rasa peduli yang sekiranya tidak merugikan pihak lain. Setelah mempelajari modul ini, ternyata sebuah kasus dilema etika perlu diselesaikan dengan langkah – langkah pengambilan dan pengujian keputusan agar apa yang diputuskan dapat dipertanggungjawabkan dengan baik.

12.    Bagaimana dampak mempelajari konsep ini buat Anda, perubahan apa yang terjadi pada cara Anda dalam mengambil keputusan sebelum dan sesudah mengikuti pembelajaran modul ini? 

Dampak setelah mempelajarari modul ini, dalam mengambil keputusan sebagai seorang guru tidak serta merta mengambil keputusan berdasarkan otoritas dan berpandangan bahwa kita dapat mengontrol siswa secara penuh. Tetapi, keputusan yang kita ambil harus berlandaskan pada nilai – nilai kebajikan, tanggung jawab dan berpihak pada murid melalui Langkah – Langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Saya berencana akan mengimplementasikan dalam setiap pengambilan keputusan baik sebagai pemimpin pembelajaran maupun dalam pengambilan kebijakan di sekolah dan komunitas praktisi yang saya ikuti.  Saya berharap pengambilan keputusan yang saya lakukan akan selalu berpihak pada murid.

13.    Seberapa penting mempelajari topik modul ini bagi Anda sebagai seorang individu dan Anda sebagai seorang pemimpin? 

Bagi saya materi pada modul 3.1 sangat penting dan bermakna. Guru sebagai pemimpin pembelajaran dan sebagai warga sekolah banyak keputusan yang akan dikeluarkan menghasilkan kebijakan kebijakan yang akan mewarnai perjalanan sekolah dalam mewujudkan merdeka belajar dan profil pelajar Pancasila. Keputusan yang diambil harus berdasarkan beberapa pertimbangan sehingga dapat dipertanggungjawabkan dan tidak salah Langkah atau bahkan merugikan salah satu pihak, yang justru akan menimbulkan kekacauan.  

Demikian koneksi antar materi yang saya paparkan, saya menyadari masih sedikit ilmu yang saya peroleh untuk itu mohon masukan dan informasi mendalam untuk perbaikan. Saya berharap selalu dapat memperbaiki proses menjadi lebih baik, karena saya yakin proses tidak akan menghianati hasil. 

Salam guru penggerak tergerak, bergerak dan menggerakan. Guru bergerak Indonesia maju.

10/26/2022

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 1.4 BUDAYA POSITIF

 

Assalamu alaikum wr.wb

Apa kabar, Bapak Ibu Guru Hebat, Semoga kita selalu diberikan nikmat sehat, selalu bersyukur dan tetap semangat dalam mendidik. Sebelumnya perkenalkan saya Saifullah dari SMP Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang, Calon Guru Penggerak Angkatan 6.

Sebagai pendidik, kita harus berusaha menerapkan filosofi pemikiran Ki Hadjar Dewantara dengan memberikan teladan hidup dan kehidupan, mendampingi anak dengan rasa menyenangkan. memberikan semangat untuk tumbuh dan berkembang sesuai kodrat alam dan zamannya. Sebaiknya yang dilakukan seorang guru adalah menghormati dan memperlakukan anak dengan sebaik-baiknya sesuai kodratnya, melayani mereka dengan setulus hati, memberikan teladan (ing ngarso sung tulodho), membangun semangat (ing madyo mangun karso) dan memberikan dorongan (tut wuri handayani) bagi tumbuh kembangnya anak. Menuntun mereka menjadi pribadi yang terampil, berakhlak mulia dan bijaksana sehingga mereka akan mencapai kebahagiaan dan keselamatan.

Sesuai dengan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, guru adalah ibarat seorang petani yang tidak dapat mengubah kodrat padi menjadi jagung. Namun, hanya dapat mengusahakan tanah, membersihkan lingkungan dari rumput dan hama agar padi bertumbuh dan berbuah dengan baik. Demikian pula, guru harus mampu menciptakan/mengkondisikan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi murid agar dapat bertumbuh sesuai visi guru penggerak, yaitu menjadi murid dengan pribadi yang sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.

Dalam upaya mewujudkan murid yang memiliki Profil Pelajar Pancasila, seorang guru penggerak memiliki peran penting, di antaranya:

1. Menjadi pemimpin pembelajaran

2. Menggerakkan komunitas praktisi

3. Mendorong kolaborasi antar guru

4. Menjadi coach bagi guru lain 

5. Mewujudkan kepemimpinan murid

Untuk menjalankan peran tersebut dengan baik, guru penggerak harus memiliki nilai-nilai yang melekat dalam dirinya, yaitu mandiri, reflektif, kreatif , inovatif dan berpihak pada murid.

Profil Pelajar Pancasila berisi nilai-nilai kebajikan yang diyakini bersama murid. Apabila nilai-nilai ini diyakini dan dijalankan dengan motivasi yang benar maka akan memiliki disiplin positif hingga tercipta budaya positif di sekolah. Sehingga, sekolah dapat menjadi tempat yang nyaman bagi murid untuk belajar dan bertumbuh.

Motivasi yang benar dimaksudkan di sini adalah motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari dalam diri murid sendiri. Bukan karena pengaruh hal-hal di luar diri murid. Untuk menumbuhkan motivasi intrinsik diperlukan posisi kontrol guru sebagai seorang manajer yang senantiasa menerapkan langkah-langkah restitusi yang tepat dalam membimbing muridnya.

1.    Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?

Pemahaman yang saya pelajari tahap demi tahap sudah dapat dipahami. Adapun yang menarik adalah dalam menciptakan budaya positif harus dimulai oleh diri kita sendiri sebagai teladan yang baik bagi siswa. Dari modul 1.4 ini, saya telah memahami beberapa konsep, dimana makna disiplin yang sebenarnya adalah belajar mengontrol diri sendiri. Berdasarkan teori kontrol Dr. William Glasser, kita tidak dapat mengontrol orang lain, kita hanya dapat mengontrol diri sendiri. Disiplin positif adalah disiplin yang dilakukan dengan motivasi yang benar, yaitu motivasi dari dalam diri (motivasi intrinsik). Hukuman dan penghargaan sama-sama tidak efektif dalam menumbuhkan disiplin positif, lebih baik jika kita sebagai guru melakukan restitusi dalam membimbing siswa dengan mengambil posisi kontrol sebagai manajer. Sesuai langkah-langkah dalam segituga restitusi kita tidak membuat siswa merasa gagal dan merasa bersalah. Tapi, kita harus dapat menganalisa kebutuhan dasar yang sedang berusaha dipenuhi siswa, karena kita yakin bahwa setiap perilaku memiliki tujuan. Selain itu kita juga dapat mengajak siswa mengingat keyakinan kelas yang telah disepakati dan menawarkan siswa menentukan sendiri solusi dari permasalahan yang dia lakukan. Bukan memaksakan solusi dari diri kita sebagai guru.

 

2.     Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?

Selama ini saya telah banyak tertipu ilusi bahwa saya dapat mengontrol siswa, saya dapat menguatkan karakter siswa dengan membuat mereka merasa bersalah dan lain sebagainya. Saya juga seringkali mengambil posisi kontrol yang keliru saat membimbing siswa dengan menghukum dan memberikan penghargaan kepada mereka. Kini, cara berpikir saya berubah. Selanjutnya, saya harus mengambil posisi kontrol seorang manajer dan melakukan langkah-langkah restitusi yang tepat dalam membimbing siswa.

 

3.        Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?

Saya seringkali memberikan penghargaan kepada siswa saat mengajar di kelas. Misalnya memberikan hadiah maupun pujian, serta menjanjikan nilai tambahan bagi mereka yang dapat melakukan hal-hal tertentu, seperti menjawab pertanyaan, melakukan presentasi dan lain-lain.

 

4.        Bagaimanakah perasaan Anda ketika mengalami hal-hal tersebut?

Saya merasa senang karena saya melihat mereka lebih bersemangat ketika diberikan penghargaan. Saya berpikir bahwa cara ini efektif.

 

5.   Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki?

Maksud saya memberikan penghargaan memang baik, yaitu agar minat belajar siswa meningkat. Namun cara yang saya lakukan keliru sehingga perlu diperbaiki. Seharusnya saya mengambil posisi kontrol sebagai manajer, agar siswa dapat belajar dengan disiplin yang positif, di mana mereka belajar dengan baik bukan untuk mendapat pujian atau penghargaan. Tapi, belajar dan bersikap baik adalah cara mereka menghargai diri mereka sendiri.

 

6.   Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?

Sebelum mempelajari modul ini saya sering mengambil posisi kontrol sebagai pemantau. Saya merasa cara ini efektif untuk membuat siswa menjadi lebih baik. Setelah mempelajari modul ini, saya menyadari bahwa ini dapat menjadikan siswa saya bersikap baik hanya saat dirinya berada dalam pengawasan saja. Kini, saya merasa posisi kontrol terbaik adalah sebagai manajer dan saya yakin perlahan-lahan dapat membuat siswa bersikap disiplin bukan karena pengaruh hal-hal di sekitarnya, namun disiplin yang mereka lakukan karena nilai yang mereka yakini. Sikap ini yang disebut sebagai disiplin positif.

 

7.  Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?

Sebelum mempelajari modul ini, secara tidak disadari saya sering menerapkan segitiga restitusi saat menghadapi permasalahan murid. Namun dengan langkah-langkah yang kurang sistematis. Biasanya saya menawarkan siswa untuk mengusulkan solusi untuk memperbaiki kesalahannya sendiri. Saya juga menanyakan dia ingin menjadi orang yang seperti apa, lalu meminta dia meyakini hal tersebut sehingga dapat kembali menjadi pribadi yang lebih baik.

 

8.        Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?

Hal-hal lain yang menurut saya penting untuk dipelajari adalah bagaimana cara berkolaborasi dengan rekan guru serta pemangku kepentingan di sekolah, bahkan dengan orang tua murid untuk mewujudkan budaya positif di sekolah. Karena siswa tidak hanya bertumbuh di sekolah. Namun sudah dibentuk terlebih dahulu dalam lingkungan keluarganya.

Demikian aritikel koneksi antar materi budaya positif yang penulis sampaikan. Semoga artikel ini bermanfaat dan membuat kita semakin tertantang sebagai pendidik dan pengajar yang profesional. Salam guru penggerak, tergerak bergerak dan menggerakkan !

 

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

9/11/2022

REFLEKSI PENGETAHUAN DAN PENGALAMAN BARU TENTANG PEMIKIRAN KI HADJAR DEWANTARA

 


Assalamu alaikum wr.wb

Apa kabar, Bapak Ibu Guru Hebat, Semoga kita selalu diberikan nikmat sehat, selalu bersyukur dan tetap semangat dalam mendidik.

Sebelum saya menyampaikan kesimpulan dan refleksi pengetahuan dan pengalaman baru yang sudah saya pelajari dari pemikiran Ki Hadjar Dewantara, perkenalkan nama saya Saifullah. Saya mulai mengajar sejak tahun 2005 sebagai guru honorer. Alhamdulilah Tahun 2022 saya di angkat menjadi guru PPPK, dan ditempatkan di SMP Negeri 1 Lasem Kabupaten Rembang Jawa Tengah.

Artikel ini saya tulis, supaya pembaca dan para pendidik mampu menerapkan pembelajaran di kelas secara kontekstual, nyaman dan menyenangkan sesuai pemikiran Ki Hadjar Dewantara.

Saya akan berbagi pengalaman belajar saya sebagai calon guru penggerak. Sebelum saya belajar modul 1.1 tentang pemikirin Ki Hadjar Dewantara yang saya terapkan dalam pembelajaran di kelas antara lain, saya meyakini bahwa siswa mempunyai karakter yang berbeda. Terkadang saya juga hanya memerintah siswa untuk melakukan suatu kegiatan tanpa memberi contoh dan ikut dalam kegiatan tersebut. Saya tidak pernah membuat kesepakatan bersama saat mengawali pelaksanaan pembelajaran. Dalam pembelajaran saya mempunyai prinsip bahwa seluruh materi harus tersampaikan, dengan target siswa harus dapat nilai baik dan minimal tercapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), akhirnya pembelajaran hanya fokus berlatih bagaimana mengerjakan soal. Dalam pembelajaran saya juga lebih sering menggunakan metode atau strategi yang bagus menurut saya tanpa memperdulikan bagaimana minat anak terhadap pelajaran, tidak pernah memperhatikan kebutuhan siswa dan tidak pernah bertanya pembelajaran seperti apa yang mereka inginkan. Saya juga jarang memanfaatkan Gadget siswa untuk media pembelajaran. Saya juga tidak memperhitungkan berapa lama mereka mampu mengingat materi yang telah saya sampaikan. Dari pengalaman tersebut saya mempunyai keinginan kuat bagaimana saya bisa menghadirkan pembelajaran berpusat pada siswa dengan rasa nyaman dan menyenangkan. Siswa terampil menyampaikan ide, gagasan dan terampil dalam presentasi materi, sehinga pengetahuan yang didapat oleh siswa mampu melekat pada diri siswa sepanjang hayat.

Setelah saya mempelajari modul 1.1 tentang pemikiran Ki Hadjar Dewantara Hal yang berubah dari pemikiran atau perilaku saya adalah terjadinya perubahan pola pikir saya terhadap siswa dan pembelajaran. Sebagai guru harus bisa membaca karakter siswanya, karena setiap manusia dilahirkan dengan kemampuan yang berbeda, ada yang cerdas bidang sains, bahasa, matematika, musik, olahraga dan lain – lain. Guru setidaknya bisa memimpin, memberi contoh, membangun semangat dan mendorong siswanya agar mampu belajar secara maksimal. Hal ini sesuai dalam semboyan KHD yakni berbunyi "Ing ngarso sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani". Seorang guru adalah penggerak, didepan memberikan contoh, ditengah memberi semangat dan dibelakang mendorong untuk semangat belajar.

Siswa seharusnya diposisikan sebagai subjek pendidikan yang memegang peranan penting terhadap jalannya pembelajaran. Guru sebagai fasilitator yang mengarahkan siswa belajar sesuai potensi, minat, bakat, dan cara belajarnya. Pembelajaran hendaknya dilaksanakan dengan cara ‘among’, yakni menuntun potensi anak berdasarkan budaya. Pembelajaran dilaksanakan bukan dengan tuntutan kepada anak, tetapi dengan memberikan kebebasan kepada anak untuk belajar sesuai kebutuhannya sehingga tercipta kemerdekaan belajar. Ketercapain kompetensi suatu materi harus dicapai tanpa membatasi kemerdekaan belajar siswa. Sebaiknya kita sebagai guru harus melakukan asessmen diagnostik awal untuk mengetahui kebutuhan siswa, profil siswa, gaya belajar siswa, metode belajar seperti apa yang mereka inginkan, sehingga kita sebagai guru dapat merancang pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan yang dibutuhkan siswa.

 

Pendidikan bukanlah sekedar transfer ilmu pengetahuan, tapi harus dapat membuat anak memahami dunianya dan dapat memanfaatkan pemahaman tersebut untuk kebahagiaan hidupnya. Pembelajaran tidaklah statis, namun dinamis. Perubahan-perubahan disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman.  Dalam hal ini, pembelajaran harus berorientasi kepada peserta didik sesuai dengan kodrat keadaan namun tetap harus memperhatikan ketercapaian kurikulum nasional. Pembelajaran yang berorientasi kepada peserta didik adalah pembelajaran yang menjadikan peserta didik sebagai pusat pembelajaran. 

 

Ada beberapa hal yang bisa segera saya terapkan, agar kelas saya mencerminkan pemikiran Ki Hadjar Dewantara, diantaranya, pertama saya lakukan adalah berliterasi. Ibarat seorang petani maka saya harus berliterasi tentang tehnik menanam dan menghasilkan tanaman yang berkualitas. Sebagai pendidik, saya harus bisa menjadi teladan, bersikap dan berpenampilan yang baik, mampu memberi semangat serta memberi dorongan dalam menanamkan pendidikan karakter. Untuk mengetahui karakteristik siswa, saya akan melakukan asesmen diagnosis mengenai potensi, minat, bakat, dan cara belajar siswa. Saya akan menerapkan pembelajaran yang berpusat pada siswa, melalui penerapan pembelajaran yang dipusatkan pada siswa, memungkinkan siswa untuk belajar secara mandiri dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan pembelajaran serta siswa selalu ditantang untuk dapat berpikir kritis. Dalam pembelajaran, saya akan lebih banyak memposisikan diri sebagai fasilitator yang mengarahkan anak mengembangkan potensi dirinya, dengan memberikan berbagai sumber belajar dan cara belajar yang beragam. Siswa juga akan lebih sering saya ajak berkomunikasi tentang keinginannya dalam pembelajaran, hambatan yang ditemui, dan mendiskusikan cara mengatasinya. Selanjutnya diakhir setiap pembelajaran saya akan melakukan refleksi.

Demikian kesimpulan dan refleksi penulis mengenai pemikiran-pemikiran Ki Hajar Dewantara pada modul 1.1.
Semoga artikel ini bermanfaat dan membuat kita semakin tertantang sebagai pendidik dan pengajar yang profesional. Salam guru penggerak, tergerak bergerak dan menggerakkan !

 

Wassalamu alaikum Wr. Wb.

3/22/2016

Prediksi UN Matematika IPA 2016

Prediksi UN Matematika IPA 2016 

Bagi siswa SMA/MA program IPA silahkan download Prediksi UN Matematika 2016 di bawah. soal sudah di sesuikan dengan kisi - kisi ujian nasional 2016 yang di keluarkan oleh BSNP. Silahkan anda pelajari.

Download

3/15/2016

Trik Cepat Menghitung Limit Fungsi Trigonometri Bentuk Tak Tentu

Trik Cepat Menghitung Limit Fungsi Trigonometri

Langkah - Langkahnya :

"CORET SINTA UBAH COS" 
CORET SINTA artinya Setiap ada Sin dan Tan Langsung di coret saja
UBAH COS artinya Setiap ada Cos harus diubah (Munculkan Sin baik dengan rumus identitas trigonometri, sudut ganda maupun dengan selisih nilai trigonometri)

Agar lebih jelas perhatikan Tayangan Side di bawah :



Download

Anda juga bisa lihat tayangan pada video berikut :

3/10/2016

Cara Cepat Menghitung Nilai Limit di Titik Tak Berhingga

Cara Cepat Menghitung Nilai Limit di Titik Tak Berhingga

Langkah - Langkahnya :

Agar Lebih jelas perhatikan contoh - contoh berikut :

Untuk belajar di rumah download saja video di bawah :

3/08/2016

POS UN 2016 BSNP

Download POS UN 2016

Bagi yang ingin membuat Administrasi Ujian Nasional 2016, pasti butuh  Pos Ujian Nasional 2016 dalam bentuk word (docx). karena mudah di edit dengan copy paste. ini kami sediakan dalam bentuk file docx asli tanpa convert pdf sehingga mudah di edit. silahkan download saja di sini



Download